Perkembangan
moral dianggap sebagai suatu aspek yang penting karena sangat menetukan
kepribadian individu sebagai makhluk sosial.
a.
Teori
perkembangan moral Kohlberg
Kohlberg membagi perkembangan moral
dalam tiga peringkat yaitu pra-konvensional, konvensional, dan purna
konvensional.
Peringkat prakonvensional mula-mula
ditandai dengan besarnya pengaruh wawasan kepatuhan dan hukuman terhadap
perilaku anak. Penilaian terhadap perilaku didasarkan atas akibat sikap yang
ditimbulkan oleh perilaku itu. Dalam tahap selanjutnya, anak mulai menyesuaikan
dengan harapan-harapan lingkungan untuk memperoleh hadiah, yaitu senyum,
pujian, atau permen.
Peringkat kedua adalah konvensional. Anak
terpaksa mengikuti atau menyesuaikan diri dengan berbagai harapan lingkungan
atau ketertiban sosial agar disebut anak baik atau anak manis.
Peringkat terakhir dalam teori moral
Kolhberg adalah purna konvensional. Anak mulai mengambil keputusan tentang
baik-buruk secara mandiri. Prinsip pribadi mempunyai peranan yang penting. Penyesuaian
diri terhadap segala aturan di sekitarnnya lebih didasarkan atas penghargaannya
serta rasa hormatnya terhadap orang lain.
b.
Perkembangan
moral Piaget
Menurut Piaget, moral berkembangan dalam
dua tahapan yang berbeda. Tahap pertama disebut tahap realisme moral atau
moralitas berkendala. Tahap ini berkembang sampai usia 7 tahun. Anak otomatis
menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada tanpa penelaahan rasional. Orang tua
dan para dewasa disekitarnya dianggap sebagai makhluk-makhluk serba bisa, oleh
karena itu patut diikuti tanpa harus bertanya-tanya. Benar atau salah
didasarkan atas konsekuensi dari perilakunya.
Tahap perkembangan moral yang kedua
adalah moralitas otonom atau moralitas hasil interaksi seimbang. Dimulai kira-kira
usia 8 tahun sampai dewasa. Pada masa ini konsep benar-salah yang dipelajari
dari orangtuanya perlahan-lahan mulai berubah tergantung situasi dan
faktor-faktor lain. Ketika anak sudah berusia 12 tahun, maka kemampuan untuk
berabstraksi memungkinkan anak mengerti alasan yang ada di belakang tiap-tiap aturan atau harapan orang lain. Oleh karena
itu anak dapat mempertimbangkan konsekuensi perilakunya secara lebih rasional.
Sumber:
Irwanto. 2002. Psikologi Umum. Jakarta: PT Prenhallindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar