Senin, 28 November 2016

PERKEMBANGAN MORAL



          Perkembangan moral dianggap sebagai suatu aspek yang penting karena sangat menetukan kepribadian individu sebagai makhluk sosial.

a.      Teori perkembangan moral Kohlberg
Kohlberg membagi perkembangan moral dalam tiga peringkat yaitu pra-konvensional, konvensional, dan purna konvensional.
Peringkat prakonvensional mula-mula ditandai dengan besarnya pengaruh wawasan kepatuhan dan hukuman terhadap perilaku anak. Penilaian terhadap perilaku didasarkan atas akibat sikap yang ditimbulkan oleh perilaku itu. Dalam tahap selanjutnya, anak mulai menyesuaikan dengan harapan-harapan lingkungan untuk memperoleh hadiah, yaitu senyum, pujian, atau permen.
Peringkat kedua adalah konvensional. Anak terpaksa mengikuti atau menyesuaikan diri dengan berbagai harapan lingkungan atau ketertiban sosial agar disebut anak baik atau anak manis.
Peringkat terakhir dalam teori moral Kolhberg adalah purna konvensional. Anak mulai mengambil keputusan tentang baik-buruk secara mandiri. Prinsip pribadi mempunyai peranan yang penting. Penyesuaian diri terhadap segala aturan di sekitarnnya lebih didasarkan atas penghargaannya serta rasa hormatnya terhadap orang lain.

b.      Perkembangan moral Piaget
Menurut Piaget, moral berkembangan dalam dua tahapan yang berbeda. Tahap pertama disebut tahap realisme moral atau moralitas berkendala. Tahap ini berkembang sampai usia 7 tahun. Anak otomatis menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada tanpa penelaahan rasional. Orang tua dan para dewasa disekitarnya dianggap sebagai makhluk-makhluk serba bisa, oleh karena itu patut diikuti tanpa harus bertanya-tanya. Benar atau salah didasarkan atas konsekuensi dari perilakunya.
Tahap perkembangan moral yang kedua adalah moralitas otonom atau moralitas hasil interaksi seimbang. Dimulai kira-kira usia 8 tahun sampai dewasa. Pada masa ini konsep benar-salah yang dipelajari dari orangtuanya perlahan-lahan mulai berubah tergantung situasi dan faktor-faktor lain. Ketika anak sudah berusia 12 tahun, maka kemampuan untuk berabstraksi memungkinkan anak mengerti alasan yang ada di belakang tiap-tiap    aturan atau harapan orang lain. Oleh karena itu anak dapat mempertimbangkan konsekuensi perilakunya secara lebih rasional.

Sumber: Irwanto. 2002. Psikologi Umum. Jakarta: PT Prenhallindo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar