Senin, 21 November 2016

JENIS LINGKUNGAN PENDIDIKAN

A. Jenis Lingkungan Pendidikan
          Lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Lingkungan pendidikan sebagai berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang merupakan bagian dari lingkungan sosial.
Proses pendidikan harus berfungsi untuk mengajarkan tingkahlaku umum dan untuk menyeleksi atau memperiapkan individu utuk peraanan-peranan tertentu sehubungan dengan fungsi ini pendidikan bertugas untuk mengajarkan berbagai macam keterampilan dan keahlian. Meskipun pendidikan informal juga berperan melaksakan fungsi terebut tetapi sangat terbatas, khususnya dilaksanakan oleh masyarakat yang masih primitif. Pendidikan formal berfungsi untuk mengajarkan pengetahuan umum dan pengetahuan yang bersifat khusus dalam rangaka mempersiapkan untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu.
 Manusia sepanjang hidupnya selalu akan menerima pengaruh dari 3 lingkungan pendidikan yang utama yakni keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiganya di sebut tripusat pendidikan.

1.      Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik.
 Fungsi dan peranan keluarga di samping pemerintah dan masyarakat dalam sikdisnas Indonesia tidak terbatas hanya pada pendidikan keluarga saja, akan tetapi keluarga ikut serta bertanggung jawab terhadap pendidikan lainnya. Khususnya dalam pendidikkan keluarga, terdapat beberapa ketentuan dalam UU RI No. 2 1989 tentang sikdisnas yang menegaskan fungsi dan peranan keluarga dalam pencapaian tujuan yakni membangun manusia Indonesia seutuhnya pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang
diselenggarakan dalam keluarga dan memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan (Pasal 10 ayat 4)
Menurut Ki Hajardewantara, suasana kehidupan keluarga merupaka tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orang-orang (pendidikan individual) maupun pendidikan sosial. Keluaraga itu tempat pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk melangsungkan pendidikan kearah pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi kanak-kanak tapi juga bagi para remaja. Peran orangtua dalam keluarga sebagai penuntun, sebagai pengajar, dan sebagai pemberi contoh.
Pendidikan keluarga berfungsi:
i.                    Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
ii.                  Menjamin kehidupan emosional anak
iii.                Menanamkan dasar pendidikan moral
iv.                Memberikan dasar pendidikan sosial
v.                  Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak
Pada umumnya kewajiban ibu bapak itu sudah berjalan dengan sendirinya sebagai suatu tradisi. Bukan hanya ibu bapak yang beradab dan berpengetahuan saja yang dapat melakukan kewajiban mendidik anak-anaknya, akan tetapi rakyat desa pun melakukan hal ini. Mereka senantiasa melakukan usaha yang sebaik-baiknya untuk kemjuan anak-anaknya. Memang manusia mempunyai naluri pedagogis, yang berarti bahwa buat ibu bapak perilaku pendidikan itu merupakan akibat “naluri” untuk melanjutkan keturunan (ki hajar dewantara, 1962; dari wayan ardhana,1986:modul 4/5-6).
2.      Sekolah
Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja di rancang untuk melaksanakan pendidikan. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakatnya itu. Dari sisi lain, sekolah juga menerima banyak kritik atas berbagai kelemahan dan kekurangannya, yang mencapai puncaknya dengan gagasan ivan illich untuk membebaskan masyarakat dari wajib sekolah dengan buku yang terkenal bebas dari sekolah (Deshooling society, 1972/1982).
Sekolah di harapkan mampu melaksanakan fungsi pendidikan secara optimal, yakni mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional (Pasal 3). Tujuan nasional tersebut di upayakan pencapaiannya melalui pembangunan nasional; dengan demikian, pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur, serta memungkinkan para warganya mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek jasmaniah maupun rohaniah berdasarkan pancasila dan UUD 1945 (UU RI nomor 2 Tahun 1989 butir penimbangan ayat b).
Suatu alternatif yang mungkin di lakukan sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah, antara lain:
a)      Pengajaran yang mendidik
Penguasaan berbagai setrategi belajar mengajar akan memberi peluang untuk memilih variasi kegiatan belajar mengajar yang bermakna, sedangkan pemantapan wawasan kependidikan akan memberi landasan yang tepat dan kuat di dalam pemilihan tersebut.
Dalam upaya mewujudkan pengajaran yang mendidik, perlu pula di kemukakan bahwa setiap keputusan dan tindakan guru dalam rangka kegiatan belajar mengajar akan membawa berbagai dampak atau efek kepada siswa, baik efek instruksional (intructional effect) maupun efek pengiring (Nurturant effect). Instruksional efek merupakan efek langsung dari bahan ajaran yang menjadi isi pesan dari belajar mengajar. Sedangkan efek pengiring merupakan efek tidak langsung dari bahan ajaran dan atau pengalaman belajar yang di hayati oleh siswa sebagai akibat dari strategi belajar mengajar yang menjadi landasan dari kegiatan belajar tersebut.
b)      Peningkatan dan pemantapan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah, agar program edukatif ini tidak sekadar suplemen tetapi menjadi komplemen yang setara dengan program pengajaran serta program-program lainnya di sekolah.

c)      Pengembangan perpustakaan sekolah menjadi suatu pusat sumber belajar (PSB), yang mengelola bukan hanya bahan pustaka tetapi juga berbagai sumber belajar lainnya, baik sumber belajar yang dirancang maupun yang dimanfaatkan.

d)     Peningkatan dan pemantapan program pengelolaan sekolah, khususnya yang terkait dengan peserta didik, pengelola sekolah sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan seharusnya merupakan refleksi dari suatu masyarakat Pancasila sebagaimana yang di cita-citakan dalam tujuan nasional.
3.      Masyarakat
Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi, yakni:
a.       Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan
b.      Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan kelompok sosial di masyarakat, baik langsung maupun tak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif
c.       Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang (by design) maupun yang dimanfaatkan (utility).
Untuk Indonesia, perkembangan masyarakat itu sangat bervariasi, sehingga wujud sosial kebudayaan dalam masyarakat dewasa ini, menurut Koentjaraningrat, paling sedikit dapat dibedakan menjadi enam tipe sosial-budaya sebagai berikut :
a)      Tipe masyarakat berdasarkan sistem berkebun yang amat sederhana
b)      Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam di ladang atau sawah dengan tanaman pokok padi
c)      Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan sistem bercocok tanam di ladang atau sawah
d)     Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan sistem bercocok tanam di sawah dengan tanaman pokok padi
e)      Tipe masyarakat perkotaan
Penambahan pengetahuan dan keterampilan, organisasi kepemudaan tersebut terutama sangat bermanfaat dalam membantu proses sosialisasi serta mengembangkan aspek afektif dari kepribadian (kejujuran, disiplin, tanggungjawab dan kemandirian).

B.    Pengaruh Balik antara Tripusat Pendidikan Terhadap Perkembangan Peserta Didik
            Perkembangan peserta didik, seperti juga tumbuh kembang anak pada umumnya, dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni hereditas, lingkungan proses perkembangan dan anugerah. Khusus untuk faktor lingkungan, peranan tripusat pendidikan itulah yang paling menentukan baik secara sendiri-sendiri ataupun bersama-sama. Kaitan antara tripusat pendidikan dengan tiga kegiatan pendidikan untuk mewujudkan jati diri yang mantap, penguasaan pengetahuan, dan kemahiran keterampilan.



Di lingkungan keluarga telah di upayakan berbagai hal (perbaikan gizi, permainan edukatif, dan sebagainya) yang dapat menjadi landasan pengembangan selanjutnya di sekolah dan di masyarakat. Di lingkungan sekolah diupayakan berbagai hal yang lebih mendekatkan sekolah dengan orang tua siswa. Selanjutnya, sekolah juga mengupayakan agar programnya berkaitan erat dengan masyarakat di sekitarnya.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan proses mencapai tujuan pendidikan untuk menghasilkan manusia yang unggul baik secara pribadi maupun penguasaan ilmu pengetahuan tidak hanya tergantung tentang bagaimana sistem pendidikan dijalankan oleh lingkungan pendidikan formal. Namun juga dipengaruhi oleh lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat. Hubungan dari ketiganya disebut sebagai tripusat pendidikan. Pendidikan tidak dapat berdiri sendiri, namun ada hubungan saling mempengaruhi diantara lingkungan pendidikan.

  

Sumber:
Tirtarahardja, Umar dan L. La Sulo. 2013. Pengantar Pendidikan. Rineka Cipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar