Rabu, 30 November 2016

KEDUDUKAN BIMBINGAN dalam PENDIDIKAN – FUNGSI PENDIDIKAN



1)      Fungsi Pengembangan
Pendidikan bertanggung jawab untuk mengembangkan potensi atau keunikan individu, baik yang terkait dengan aspek intelektual, emosional, sosial, maupun moral-spiritual. Melalui pendidikan, individu memiliki peluang untuk mengembangkan dirinya secra optimal.
2)      Fungsi Penyesuaian
Keragaman kemampuan, minat, dan tujuan peserta didik tercermin dalam perilaku atau kematangan individu. Pendidikan harus dapat memfasilitasi perkembagan karakteristik individu yang beragam tersebut. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memfasilitasi keragaman tersebut, di antaranya (1) menerapkan metode pembelajaran yang variatif, (2) menyelenggarakan berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat peserta didik, (3) menyelenggarakan kelompok-kelompok belajar sesuai dengan keunikan kemampuan masing-masing peserta didik, (4) menyelenggarakan program pengayaan dan remedial teaching, dan (5) menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk memfasilitasilitasi semua upaya tersebut.
3)      Fungsi Integratif
Fungsi pokok pendidikan lainnya adalah mengintegrasikan nilai-nilai sosial budaya ke dalam kehidupan para peserta didik, seperti enyangkut tata krama, solidaritas, toleransi, kooperasi, kolaborasi dan empati, sehingga mereka dapat belajar hidup bermasyarakat secara harmonis.

          Saya setuju dengan pernyataan diatas bawa fungsi pendidikan terbagi menjadi 3, ada pengembangan penyesuaian, dan integratif. Yang masing-maing fungsi pendidikan memberikan pernyataan yang baik untuk kemajuan pendidikan, khususnya di Indonesia sendiri.

Sumber: Yusuf, Syamsu & Nurihsan, A. Juntika.2014. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 

PRINSIP GEOGRAFI



a.      Prinsip Deskripsi
Menganalisis fenomena geosfer melalui penjelasan kualitatif ataupun kuantitatif. Penjelasan dapat disajikan dalam bentuk tabel, peta, citra, dan grafik. Contohnya data jumlah penduduk dapat dijelaskan secara kuantitatif menggunakan tabel jumlah penduduk.
b.      Prinsip Persebaran
Prinsip persebaran dugunakan untuk menganilisis persebaran fenomena alam dan sosial di permukaan bumi yang berbeda-beda. Contohnya persebaran lempeng tektonik di Indonesia berpotensi menyebabkan bencana di wilayah selatan Pulau Jawa.
c.       Prinsip Interelasi atau Keterkaitan
Prinsip interelasi digunakan untuk menjelaskan hubungan antarfenomena dalam sutu ruang. Hubungan tersebut terjadi antara alam dengan alama. Manusia dengan alam, dan manusia dengan manusia. Contohnya tanah longsor terjadi karena penebangan pepohonan di hutan tanpa penghijauan.
d.      Prinsip Korologi
Prinsip ini digunakan untuk menganalisisfenomena geosfer dengan cara menggabungkan prinsip deskripsi, persebaran, dan interelasi. Analisis tersebut dapat menunjukkan suatu ciri khas pada gejala, fungsi, dan bentuk suatu fenomena. Contohnya budi daya tanaman apel dapat dikembangkan di dataran tinggi beriklim sejuk.

Sumber: Detik-Detik Ujian Nasional Geografi Tahun Pelajaran 2015/2016
            Untuk SMA/MA Program IPS


ASPEK KAJIAN GEOGRAFI



Aspek kajian geografi berhubungan dengan objek material kajian geografi. Objek material geografi meliputi biosfer, atmosfer, litosfer, hidrosfer, dan antroposfer. Objek material inilah yang menyebabkan geografi tidak termasuk ilmu alam ataupun ilmu sosial. Oleh karena itu, aspek kajian geografi dapat dibedakan sebagai berikut.
a.      Aspek Fisik
Aspek fisiki dalam kajian geografi meliputi unsur fisik geografi seperti tanah, air, iklim dan cuaca, serta gunung api. Aspek fisik geografi dibedakan sebagai berikut.
1)      Aspek Topologi
Aspek ini merupakan aspek geografi yang mengkaji fenomena geosfer berkaitan dengan letak wilayah, bentuk muka bumi, luas wilayah, dan batas wilayah berciri khas tertentu.
2)      Aspek Biotik
Aspek biotik merupakan aspek kajian yang membahas karakteristik fisik makhluk hidup seperti manusia, hewa, dan tumbuhan dalam lingkungan biosfer.
3)      Aspek Nonbiotik
Aspek nonbiotik merupakan aspek geografi yang membahas unsur tidak hidup seperti batuan, tanak, air, serta udara.

b.      Aspek Nonfisik
Aspek nonfisik mengkaji manusia dan segala aktivitasnya, kajian ini memperhatikan pola persebaran manusia dalam runag dan kaitan manusia dengan lingkungan. Aspek nonfisik kajian geografi dibedakan sebagai berikut.
1)      Aspek Sosial
Aspek sosial merupakan aspek yang mengkaji perilaku manusia dalam masyarakat, kelompok masyarakar, dan lembaga sosial.
2)      Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi merupakan aspek yang membahas kegiatan ekonomi manusia seperti kegiatan industri, perdagangan, pertania, transportasi, dan pasar.
3)      Aspek Budaya
Aspek budaya merupakan aspek yang membahas adat istiadat, pendidikan, agama, bahasa, dan kesenian.

4)      Aspek Politik
Aspek ini berhubungan dengan kebijakan pemerintahan dalam kegiatan pembangunan suatu wilayah.

Sumber: Detik-Detik Ujian Nasional Geografi Tahun Pelajaran 2015/2016
            Untuk SMA/MA Program IPS

Senin, 28 November 2016

KEDUDUKAN BIMBINGAN dalam PENDIDIKAN



a.      Makna Pendidikan bagi Kehidupan
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat. Pendidikan tidak pernah dapat dideskripsikan secara gamblang hanya dengan mencatat banyaknya jumlah siswa, personel yang terlibat, harga bangunan, dan fasilitas yang dimiliki. Pendidikan memang menyangkut hal itu semua, namun lebih dari semuanya.
Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi individu. Secara filosofis dan historis pendidikan menggambarkan suatu proses yang melibatkan berbagai faktor dalam upaya mencapai kehidupan kehidupan yang bermakna, baik bagi individu sendiri maupun masyarakat pada umumnya.
b.      Harapan terhadap Pendidikan
Para peserta didik memandang sekolah sebagai lembaga yang dapat mewujudkan cita-cita mereka. Sementara orangtua menaruh harapn kepada sekolah untuk dapat mendidik anak agar menjadi orang yang pintar, terampil, dan berakhlak mulia. Apa yang diharapkan dari pendidikan untuk perkembangan peserta didik, setiap negara atau bangsa memiliki orientasi dan tujuan yang relatif berbeda. Bagi kita bangsa Indonesia, konstribusi pendidikan yang diharapkan bagi perkembangan para peserta didik termasuk dalam UU No. 20 tahun 2003 Bab II Pasal 3.
            Fungsi dan tujuan pendidikan tersebut menunjukkan karakter pribadi peserta didik yang diharapkan terbentuk melalui pendidikan. Klausul undang-undang ini memberikan implikasi imperatif terhadap semua penyelenggara pendidikan, baik formal, non formal, maupun informal agar senantiasa mengorientasikan programnya untuk membangun karakter peserta didik yang mempunyai ciri-ciri pribadi seperti tercantum dalam tujuan tersebut.

Semoga bermanfaat bagi pembaca, mohon maaf bila ada kesalahan penulisan. 

Sumber: Yusuf, Syamsu & Nurihsan, A. Juntika.2014. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 


PERKEMBANGAN MORAL



          Perkembangan moral dianggap sebagai suatu aspek yang penting karena sangat menetukan kepribadian individu sebagai makhluk sosial.

a.      Teori perkembangan moral Kohlberg
Kohlberg membagi perkembangan moral dalam tiga peringkat yaitu pra-konvensional, konvensional, dan purna konvensional.
Peringkat prakonvensional mula-mula ditandai dengan besarnya pengaruh wawasan kepatuhan dan hukuman terhadap perilaku anak. Penilaian terhadap perilaku didasarkan atas akibat sikap yang ditimbulkan oleh perilaku itu. Dalam tahap selanjutnya, anak mulai menyesuaikan dengan harapan-harapan lingkungan untuk memperoleh hadiah, yaitu senyum, pujian, atau permen.
Peringkat kedua adalah konvensional. Anak terpaksa mengikuti atau menyesuaikan diri dengan berbagai harapan lingkungan atau ketertiban sosial agar disebut anak baik atau anak manis.
Peringkat terakhir dalam teori moral Kolhberg adalah purna konvensional. Anak mulai mengambil keputusan tentang baik-buruk secara mandiri. Prinsip pribadi mempunyai peranan yang penting. Penyesuaian diri terhadap segala aturan di sekitarnnya lebih didasarkan atas penghargaannya serta rasa hormatnya terhadap orang lain.

b.      Perkembangan moral Piaget
Menurut Piaget, moral berkembangan dalam dua tahapan yang berbeda. Tahap pertama disebut tahap realisme moral atau moralitas berkendala. Tahap ini berkembang sampai usia 7 tahun. Anak otomatis menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada tanpa penelaahan rasional. Orang tua dan para dewasa disekitarnya dianggap sebagai makhluk-makhluk serba bisa, oleh karena itu patut diikuti tanpa harus bertanya-tanya. Benar atau salah didasarkan atas konsekuensi dari perilakunya.
Tahap perkembangan moral yang kedua adalah moralitas otonom atau moralitas hasil interaksi seimbang. Dimulai kira-kira usia 8 tahun sampai dewasa. Pada masa ini konsep benar-salah yang dipelajari dari orangtuanya perlahan-lahan mulai berubah tergantung situasi dan faktor-faktor lain. Ketika anak sudah berusia 12 tahun, maka kemampuan untuk berabstraksi memungkinkan anak mengerti alasan yang ada di belakang tiap-tiap    aturan atau harapan orang lain. Oleh karena itu anak dapat mempertimbangkan konsekuensi perilakunya secara lebih rasional.

Sumber: Irwanto. 2002. Psikologi Umum. Jakarta: PT Prenhallindo